MAKALAH
KONSEP
DAN PENGERTIAN SENI
Dosen
Pengampu:
Moh.
Fathurrahman, S.Pd., M.Sn.
Oleh:
1.
Ida Royani ( 1401411017 )
2.
Laspitarini Rahmawati ( 1401411027 )
3.
Yuni Rahayu ( 1401411031 )
4.
Ahmad Syaihoni ( 1401411033 )
5.
Sohifatul Hayati ( 1401411034 )
6.
Devi Hanisah ( 1401411087 )
7.
M. Fahmy Rosadi ( 1401411139 )
ROMBEL
4A
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2013
A. PENDAHULUAN
Seni merupakan istilah yang identik dengan keindahan,
kesenangan, dan rekreasi. Saat kita mendengar kata seni maka yang mungkin
muncul dalam benak kita adalah suatu karya seni entah berupa benda, music,
bangunan, lukisan atau benda-benda indah lainnya yang dihasilkan oleh seorang
seniman yang tentunya sangat berbakat dan memiliki kreativitas yang tinggi.
Dalam seni, setiap orang dinilai memiliki kreatifitas
dan kecerdasannya masing-masing. Seni dapat memfasilitasi setiap orang untuk
menuangkan atau mencurahkan segala kreativitas berdasarkan kehendak
masing-masing orang itu sendiri. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan
dibahas mengenai bagaimana Pendidikan Seni menunjang atau mempengaruhi
kreativitas seseorang. Semoga dengan makalah ini, kita dapat membentuk atau
mengembangkan kreativitas seseorang dengan memanfaatkan pendidikan seni.
Seni selalu menarik untuk dibicarakan
bukan hanya karena keindahannya, tetapi terlebih-lebih karena pada kenyataannya
dalam kehidupan sehari-hari, disadari atau tidak, manusia tidak dapat lepas
dari seni. Melekatnya seni pada hampir seluruh aspek kehidupan manusia acap
kali menyulitkan kita untuk memilah seni dan yang bukan seni. Apabila dapat
disebut jenis-jenis seni seperti seni rupa, seni musik, seni tari, seni sastra,
seni drama dan seni-seni yang lain sering dijumpai kesulitan untuk
memisah-misahkan perwujudan tiap-tiap jenis seni itu sebab seni yang satu dan
yang lain selalu berkaitan.Mengacu pada kerangka pikir di atas, maka berikut
akan diuraikan tentang:
a. Pengertian
seni
b. Fungsi
seni
c. Klasifikasi
seni
B. PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Seni
Seni
amat luas cakupannya dan bermacam-macam sekali fasetnya. Seperti orang buta
yang ingin melihat gajah itu, sering terjadi bahwa pandangan orang tentang seni
tidak lengkap dan tidak menyeluruh. Orang buta yang meraba kaki gajah
mengatakan gajah itu seperti bumbung bentuknya, sementara itu yang memegang
telinganya, menganggap bentuk gajah seperti kipas yang besar, sedang yang
kebetulan memegang ekornya mengatakan bahwa bentuk gajah seperti cacing. Bagi
kita yang tidak buta tentu penggambaran-penggambaran tentang gajah itu aneh
sekali dan menggelikan. Maka dalam rangka menjadi orang yang tidak buta seni
perlu dikenali beberapa difinisi seni, dan insya Allah dengan menjumlahkannya
kita akan memperoleh gambaran tentang seni yang agak luas.
Definisi seni yang sering dikatakan orang
menyebutkan bahwa “seni adalah segala macam keindahan yang diciptakan oleh
manusia”. Berdasarkan definisi ini seni adalah produk keindahan, di mana suatu
usaha manusia menciptakan yang indah-indah dan dapat mendatangkan kenikmatan.
Kalau diperhatikan pada bentuk seni tradisional kita, keindahan tersebut nampak
jelas terlihat; seperti pada seni karawitan adalah paduan bunyi atau suara yang
indah, ukiran kayu di rumah-rumah yang dijadikan sebagai hiasan menambah
semaraknya pemandangan. Namun apabila yang kita hadapi adalah seni modern,
justru bukan mustahil kita akan dihadapkan pada sesuatu hal yang justru sama
sekali tidak indah dan mengenakkan.
Kemudian dalam Ensiklopedia
Indonesia “Apa yang disebut seni atau kesenian itu meliputi
penciptaan dari segala macam hal atau benda yang karena keindahan bentuknya
senang orang melihat atau mendengarnya”. Berdasarkan definisi ini seperti
halnya definisi seni sebelumnya, bahwa seni sama-sama merupakan produk
keindahan. Produk keindahan itu merupakan penciptaan dari berbagai macam hal
baik yang bersumber dari sesuatu yang terlihat (seni rupa), terdengar (seni
musik), gerakan (seni tari) dan lain sebagainya, serta dengan keindahan bentuk-bentuk
tersebut membuat orang merasa senang.
Pengertian
Seni menurut beberapa para ahli, yaitu:
a.
Ki Hadjar Dewantara: “Seni yaitu segala
perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah,
sehingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia (lainnya). Definisi Ki Hajar Dewantara tersebut sejalan dengan
pemikiran Leo Tolstoy yang menyatakan bahwa seni memiliki proses‘transfer of
feeling’, atau pemindahan perasaan dari si pencipta ke penikmat seni. Dalam
hal ini seni berfungsi sebagai sarana komunikasi perasaan manusia
b.
Achdiat K. Mihardja: Seni adalah kegiatan
rohani manusia yang merefleksi realitet (kenyataan) dalam suatu karya yang
berkat bentuk dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu
dalam alam rohani si penerimanya. Bila ditelaah,
pengertian tersebut menunjukkan peranan jiwa (seniman) dalam proses berkarya
seni dan karya seni itu sendiri. Seniman yang berkarya hanya dengan
menggerakkan anggota tubuhnya saja (aktivitas fisik), namun tidak melibatkan
jiwanya (ekspresi emosi), maka karya yang dibuatnya belum dapat dinamakan seni.
c.
Thomas Munro seorang ahli seni dan filsuf berkebangsaan Amerika mendifinisikan bahwa
“… seni adalah alat buatan manusia untuk menimbulkan efek-efek psikologis atas
manusia lain yang melihatnya. Efek tersebut mencakup tanggapan-tanggapan yang
berujud pengamatan, pengenalan, imajinasi, yang rasional maupun emosional.
d.
Everyman Encyclopedia: menyebutkan bahwa
seni adalah “… segala sesuatu yang dilakukan oleh orang bukan atas dorongan
kebutuhan pokoknya, melainkan adalah apa saja yang dilakukannya semata-mata
karena kehendak akan kemewahan, kenikmatan, ataupun karena dorongan kebutuhan
spritual. Sendok misalnya, dibuat untuk memenuhi
kebutuhan pokok, sebagai alat makan. Berdasarkan definisi tersebut sendok
bukanlah karya seni. Masih banyak karya (benda) yang lain yang kita jumpai,
misalnya rumah, pakaian penutup aurat, dan barang yang digunakan untuk
kebutuhan pokok hidup kita, yang bukan seni. Adapun benda yang dikategorikan
sebagai benda seni yaitu alat musik gamelan, ukiran kayu, dan lain-lain
sejenisnya. Walaupun demikian benda kebutuhan pokok tersebut dapat berhubungan
erat pula dengan seni. Sebagai contoh, pakaian yang dibuat bukan hanya
memperhatikan fungsinya sebagai penutup aurat atau pelindung fisik, tetapi si
perancang (pembuat pakaian) berusaha memperindah motif serta modelnya dengan
tujuan untuk menghias pakaian tersebut. Hiasan atau model yang dikenakan pada
pakaian itulah yang berkaitan dengan seni. Dengan demikian adakalanya beberapa
benda kebutuhan pokok yang awalnya tidak dikategorikan sebagai karya seni
tersebut dikategorikan juga sebagai karya seni atau setidaknya mendapat
sentuhan seni.
e.
Paul Klee: Seni bukan merefleksi suatu yang
terlihat tapi harus menjadikan sesuatu yang terlihat. Menurut jalan pikiran
dalam difinisi tersebut sesuatu yang disebut seni dalam perwujudannya tidak
merefleksi dari hasil amatan panca indra terhadap apa yang ada disekitarnya
atau yang terlihat nampak di alam. Melainkan dari apa yang pikirkan, dirasakan
oleh seorang seniman kemudian diwujudkan melalui media tertentu, sehingga dari
apa yang nampak tersebut dapat diamati oleh para penonton atau penikmat seni.
f.
Susanne K. Langer: Istilah umum yang
mencakup lukisan, pahatan, arsitektur, musik, tari, sastra, drama, dan
film-dapat dibatasi sebagai kegiatan menciptakan bentuk-bentuk dapat dimengerti
(perceptible) yang mengungkapkan perasaan manusia.
g.
Raymond F. Piper: seni adalah sesuatu
kegiatan yang demikian dirancang untuk mengubah bahan alami menjadi benda-benda
yang berguna atau indah, ataupun kedua-duanya, adalah seni. Hasil dari campur
tangan dan roh manusia yang teratur ini adalah karya seni.
2. Pengertian Pendidikan Seni
Kehidupan budaya manusia bersifat dinamik, terus
berkembang dan berubah demi untuk mencapai kesempurnaan dalam kehidupan.
Sebagai komponen dari kebudayaan baik seni maupun pendidikan mengalami pola
perubahan yang sejalan dengan perkembangan pandangan hidup masyarakat. Pada
dasarnya, konsep pendidikan seni ada dua macam, yang pertama yaitu konsep
pendidikan seni yang berkaitan dengan aspek ekspresi artistic dan kedua yaitu
konsep pendidikan seni yang dikaitkan dengan tujuan pendidikan. Beberapa konsep
pendidikan seni yang pernah ada antara lain.
a. Gerakan Reform
Gerakan reform adalah usaha pembaruan di bidang konsep
pendidikan seni yang mengutamakan kebebasan ekspresi sebagai cara untuk memberi
peluang kepada anak didik mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya.
Gerakan ini bertujuan untuk mendewasakan anak didik bukan hanya pada segi
intelektualnya saja, akan tetapi menghendaki agar anak belajar dari perbuatan
aktif melalui kegiatan seni, maksudnya adalah anak dapat belajar dengan baik
dan mendapatkan “pelajaran” dari apa yang telah dialaminya sendiri, bukan hanya
melalui cerita, teori ataupun ceramah saja. Selain itu untuk melatih kedua
tangannya supaya supaya syaraf dari otak kanan dan otak kiri terlatih dalam
menjalankan fungsinya.
b. Konsep Pendidikan Seni untuk Apresiasi
Konsep ini dipelopori oleh Alfred Lichtwart dan Konrad
Lange, dengan pemikiran bahwa “persepsi” anak-anak kepada seni dan keindahan
perlu dekembangkan melalui penghayatan langsung, baik melalui kegiatan
menggambar maupun kegiatan observasi, dengan mengunjungi obyek-obyek seni
seperti museum, sanggar seniman, pameran dan lainnya.
c. Konsep Pendidikan Seni untuk Pembentukan Konsepsi
Konsep ini bermula dari pemikiran bahwa “ menggambar
adalah alat untuk mengungkapkan pikiran” yang dicetuskan oleh Walter Sargent.
Gambar adalah bahasa yang digunakan untuk melahirkan dan mengembangkan ide-ide.
Menggambar suatu obyek berarti menerjemahkan persepsi ke dalam bahasa visual.
Kegiatan menggambar merupakan kegiatan mental dan pikir yang dapat membentik
konsep. Konsep ini memandang seni pada proses kegiatannya yang terkait dengan
kemampuan kognitif.
d. Konsep Pendidikan Seni untuk Pertumbuhan Mental dan Kreatif
Menurut konsep ini, anak adalah idealnya, sedangkan
seni adalah sarananya. Maksud dari konsep ini adalah, bahwa seni merupakan
sarana bagi anak dalam proses pertumbuhan mental dan jiwa kreatifnya.
e. Konsep Seni sebagai Keindahan
Konsep ini menyatakan bahwa seni identik dengan
keindahan. Hasil seni yang indah didapatkan dari benda-benda yang terseleksi.
f. Konsep Seni sebagai Imitasi
Menurut konsep ini yang dimaksud dengan kegiatan seni
adalah kegiatan meniru alam, dan setiap hasil seni haruslah tiruan dari bentuk
alam.
g. Konsep Seni sebagai Hiburan yang Menyenangkan
Konsep ini berpendapat bahwa seni haruslah sesuatu
yang menyenangkan dan dapat menghibur pengamat. Suatu karya disebut karya seni
jika dapat dinikmati oleh pengamat dan pengamat dapat menangkap makna atau
mengerti pesan/ide penciptaannya.
Dalam pendidikan seni di sekolah dasar, konsep
pendidikan seni diarahkan pada pembentukan sikap, sehingga terjadi keseimbangan
intelektual dan sensibilitas, rasional dan irasional, akal pikiran dan kepekaan
emosi. Konsep ini mulai dikembangkan oleh Plato dalam tesisnya “ Art should be
The Basis of Education “. Konsep ini menempatkan seni sebagai materi, alat atau
media dan metode yang digunakan dalam mencapai tujuan pendidikan.
3. Seni dan berbagai istilah dan asal mula
Istilah ‘seni’ dalam bahasa kita
yang sekarang rasanya sudah begitu kita kenal ini (walaupun apa maknanya yang
sebenarnya belum tentu kita mengenalnya!) sudah kita lupakan bahwa usianya
masih sangat muda (istilahnya, bukan isinya) dan asalnya pun masih tidak jelas.
Istilah seni dapat ditelusuri dari
awal yaitu dari arti kata seni itu sendiri. Dalam Bahasa Indonesia Indonesia
seni diartikan:
·
halus, tipis
·
kecakapan batin (akal) yang luar biasa yang
dapat menjadikan atau menciptakan sesuatu yang luar biasa.
·
keahlian membuat karya yang bermutu.
·
kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang
bernilai tinggi.
·
air kencing.
Dalam bahasa Sansekerta ‘seni’
berasal dari kata ‘sani’ yang berarti: pemujaan, pelayanan, donasi,
permintaan atau pencarian dengan hormat dan jujur. Hal itu berkaitan dengan kepentingan
keagamaan yaitu kepentingan sesaji atau persembahan terrhadap dewa-dewa. Dalam
bahasa Jawa Kuno terdapat kata ‘sanidya’ yang artinya pemusatan pikiran.
Di dalam penciptaan seni tentu saja diperlukan pemusatan pikiran, tanpa
pemusatan pikiran maka tidak akan tercipta seni. Tetapi ada juga yang
mengatakan bahwa seni berasal dari bahasa Belanda ‘genie’ atau jenius.
Istilah seni tersebut memberikan gambaran yang cukup jelas tentang aktivitas
apa yang sekarang dibawakan oleh istilah tersebut.
Orang Jawa menyebut sesuatu produk
kehalusan jiwa manusia yang indah-indah dengan istilah ‘kagunan’, atau ‘karawitan’
(yang kecil-kecil), dan umumnya tekanan produk tersebut memang pada kehalusan
dan kerumitan pengerjaannya, seperti tatahan wayang kulit yang ‘ngrawit’,
‘cecekan’ batik yang halus, dan seterusnya.
Dalam bahasa Sansekerta, seni
disebut “cilpa”. Sebagai kata sifat “cilpa” berarti: berwarna
dan kata jadiannya ‘su-cilpa’ berarti dilengkapi dengan bentuk-bentuk
yang indah atau dihias dengan indah. Sebagai kata benda ia berarti: pewarnaan
yang kemudian berkembang menjadi segala macam kekriyaan yang artistik. “Cilpasastra” dalam pelajaran sejarah kesenian
adalah buku atau pedoman bagi para cilpin,
yaitu tukang, termasuk di dalamnya apa yang sekarang disebut seniman. Memang
dahulu belum ada pembedaan antara seniman dan tukang; dalam legenda mereka itu
sama-sama keturunan sang Wicwakharman,
dan sama-sama mengerjakan pekerjaan kekriyaan.
Dalam bahasa latin pada abad
pertengahan, terdapat istilah-istilah “ars”,
“artes”, dan “artista”. Ars adalah teknik
atau craftsmanship, yaitu ketangkasan
dan kemahiran dalam mengerjakan sesuatu; adapun artes berarti “societates mesteriorum” atau kelompok
orang-orang yang memiliki ketangkasan tersebut (craft guilds); dan artista adalah anggota yang ada di dalam
kelompok-kelompok itu. Maka di sini kiranya artista dapat dipersamakan dengan
cilpin di atas. Ars itulah yang berkembang menjadi l’arte
(Italia), l’art (Perancis), el arte (Spanyol), dan art
(Inggris), dan bersamaan dengan itu isinya pun berkembang sedikit demi sedikit
ke arah pengertiannya yang sekarang. Walaupun demikian, di Eropa ada juga
istilah-istilah lain yang berhubungan dengan seni, orang Jerman menyebut seni
dengan die Kunst dan orang Belanda dengan Kunst, yang berasal
dari akar kata yang lain walaupun dengan pengertian yang sama. Bahasa Jerman
juga mengenal istilah die Art, yang berarti cara, jalan, atau modus,
yang juga dapat dikembalikan kepada asal mula pengertian dan kegiatan seni,
namun demikian die Kunst-lah yang digunakan untuk istilah kegiatan yang
berhubungan dengan seni. Saat ini, seni sebagai segala bentuk yang memiliki
nilai keindahan adalah pengertian yang dipahamai oleh masyarakat pada umumnya.
Pengertian umum tersebut diantaranya seperti yang tercantum dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, seni diartikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu
(dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dan sebagainya) (Depdikbud,
1989:816).
Bentuk-bentuk (karya seni) yang
memiliki nilai keindahan tersebut diyakini memberikan kenikmatan dan kepuasan
terhadap jasmani-rohani, pencipta (kreator) ataupun penikmatnya (apresiator).
Kesenian tradisional kita, gamelan misalnya, dikatakan sebagai paduan suara
(nada) yang indah yang mengenakkan telinga (pendengaran). Hiasan berupa ukiran
yang menempel pada dinding ruangan memberikan kesemarakan pandangan mata.
Tarian daerah yang lembut dan gemulai juga menyejukkan rasa, setelah kita
menikmati dan menghayatinya. Pada kenyataannya istilah seni adalah segala
bentuk yang memiliki nilai keindahan tidak selamanya bertahan
sebagai satu-satunya definisi. Dalam seni kontemporer (termasuk seni modern)
yang dihasilkan seniman tidak hanya karya yang indah, tetapi juga karya yang
dianggap tidak indah dan tidak menyenangkan.
4. Fungsi Seni
Pada dasarnya apapun bentuk karya seni yang dihasilkan oleh suatu
masyarakat, tidak terbebas dari pengaruh kebudayaan yang berlaku. Betapapun
besarnya daya imajinasi dan kreativitas seorang seniman, ia senantiasa merujuk
pada nilai-nilai budaya, norma-norma sosial ataupun pandangan hidup yang
berlaku dalam masyarakat. Pemberontakan yang diungkapkan seniman dalam
karya-karyanya, terutama berpangkal pada rasa tidak puas terhadap kemapanan
yang ada. Demikian pula seandainya seniman mengungkapkan pembaharuan dalam
karyanya, ia tentunya berpangkal kepada kenyataan sosial budaya yang
dianggapnya kurang dinamik. Ungkapan-ungkapan yang mendambakan semangat
kebebasan, biasanya bersifat mencerminkan rasa tidak puas terhadap tatanan
(sistem sosial kemasyarakatan) yang dirasakan membelenggu mereka. Sebenarnya
seniman yang berhasil bukan semata-mata karena karya-karyanya memenuhi ukuran
keindahan yang relatif, melainkan karena kemampuannya menyampaikan pesan-pesan,
serta tergantung kepada kemampuan masyarakat untuk menangkapnya dengan mengacu
pada nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial yang hidup. Berdasarkan logika
itulah Keesing (dalam Budhisantoso 1994) sampai pada kesimpulan bahwa kesenian
betapapun perwujudannya, mempunyai tujuh fungsi sosial yang amat penting, artinya
sebagai sarana pembinaan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan. Ketujuh
fungsi sosial itu adalah :
a.
Sarana kesenangan dan hiburan
Seni berfungsi sebagai sarana kesenangan. Melalui karya seni orang
dapat menyalurkan energinya yang berlebih untuk memberikan kesenangan pribadi.
Di sela-sela waktunya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, orang akan
menyisihkan waktu untuk mencari kesenangan. Salah satu sarana dan penyaluran
energi yang berlebih itu ialah dengan dengan melakukan kegiatan berkesenian
diantaranya dengan menikmati dan menghasilkan karya-karya seni untuk memberi
kesenangan pribadi. Fungsi sebagai sarana hiburan hampir sama dengan fungsi
seni sebagai sarana kesenangan. Kegiatan kesenian merupakan salah satu sarana
objektif yang dapat diikuti oleh banyak orang tanpa menimbulkan rasa
perlawanan, karena disajikan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
kenikmatan dan kepuasan jiwa bagi orang yang menikmatinya.
b.
Sarana peryataan jati diri
Seni berfungsi sebagai sarana pernyataan diri. Melalui karya seni
memungkinkan seseorang menyatakan kepribadiannya secara lebih leluasa. Umumnya
melalui karya seni orang tidak perlu malu-malu menyatakan dan mengungkapkan
jati dirinya, dan dengan mudah menggunakan karya-karya seni untuk mengungkapkan
perasaan dan pikiran yang mencerminkan kepribadiannya secara terus terang,
sehingga memperoleh pengakuan masyarakat dan bahkan tidak jarang menjadi pujaan
(idola).
c.
Sarana integratif
Karya seni befungsi juga sebagai sarana integratif. Pernyataan dan
perwujudan pemikiran, seorang seniman dapat disalurkan melalui karyanya, untuk
merangsang kepekaan pengertian masyarakat, sehingga menimbulkan tanggapan
emosional yang dapat menumbuhkan rasa kebersamaan yang mengikat diantara
penikmatnya. Poster misalnya, sebagai karya seni rupa bayak digunakan untuk
memenuhi fungsi sosial ini, demikian juga dengan lagu-lagu perjuangan yang
dianggap dapat membangkitkan semangat persatuan dan kesatuan.
d.
Sarana terapi /penyembuhan
Mengingat sifatnya yang relatif bebas dari ketentuan sosial yang
kaku, kesenian merupakan sarana objektif bagi mereka yang mengalami kesulitan
dalam mengungkapkan perasaan dan pemikiran secara bebas. Fungsi seni yang dapat
memberikan kesenangan, kenikmatan dan relaksasi bagi penikmatnya sekaligus
menjadi sarana terapi yang baik bagi penderita gangguan kejiwaan. Secara khusus
kegiatan berkarya seni juga digunakan oleh para ahli kesehatan jiwa untuk
membantu proses penyembuhan para penderita gangguan jiwa.
e.
Sarana pendidikan
Sebagai sarana pendidikan seni diajarkan dan digunakan dalam dunia
pendidikan sebagai sarana untuk pengembangan individu. Dalam sejarahnya
kesenian juga menjadi sarana yang efektif untuk mengukuhkan nilai-nilai
keagamaan bahkan sebagai sarana untuk mengajarkan dan menyebarluaskan ajaran
agama. Pada masyarakat tradisional seni digunakan juga sebagai sarana untuk
mewariskan nilai-nilai budaya. Sistem gagasan dan kepercayaan diwariskan dari
satu generasi ke generasi selanjutnya melalui karya seni. Dalam era modern saat
ini, penelitian para ahli pendidikan (pendidikan seni) menunjukkan bahwa
penyelenggaraan kegiatan kesenian di sekolah membantu mendorong berbagai
potensi yang dimiliki para peserta belajar. Secara sendiri-sendiri maupun
terintegrasi, pendidikan seni yang dimasukan dalam struktur kurikulum sekolah
sangat membantu tidak saja terhadap pemahaman seni dan apresiasi, tetapi juga
membantu pemahaman terhadap berbagai bidang studi lainnya.
f.
Sarana pemulihan ketertiban
Ungkapan keindahan yang mampu merangsang tanggapan
emosionalmasyarakat sekitarnya, menyebabkan kesenian dapat dipergunakan sebagai
sarana pemulihan ketertiban sosial. Dalam berbagai peristiwa perpecahan,
pertentangan dan ketegangan sosial, kegiatan seni dapat diandalkan sebagai
sarana untuk memulihkan ketertiban dan persatuan masyarakat dengan pesan-pesan
terselubung yang disampaikan secara indah dan memikat. Pesan-pesan secara halus
dan terselubung itu dapat di pergunakan untuk mempengaruhi, masyarakat agar
dapat mengendalikan perasaan permusuhan dan persaingan ke arah perdamaian.
Fungsi ini terutama dibangun melalui kegiatan apresiasi seni. Dengan menghargai
berbagai karya seni, orang belajar juga untuk menghargai berbagai perbedaan,
budaya, bahasa dan kepercayaan dari orang atau kelompok masyarakat lain. Lagu
We Are The World yang dinyanyikan oleh Michael Jacson dan Imagine
yang dinyanyikan oleh grup musik The Beatles misalnya, merupakan sebagian dari
sekian banyak karya seni yang mengajak masyarakat dunia untuk bersatu hidup
dalam damai.
g.
Sarana simbolik yang mengandung kekuatan magis
Kemampuan seniman mengungkapkan dan menyatakan perasaan dan
pemikiran mereka secara terselubung dan indah seringkali merupakan daya pikat
yang kuat dan bahkan mampu mengerahkan pemerhati karya-karya seni tersebut. Tidak
jarang karya-karya seni yang memenuhi standard of exellent mampu
membangkitkan perasaan benci, cinta, gembira, sedih dan sebagainya sesuai
dengan pesan-pesan terselubung yang disampaikan melalui karya-karya seni.
Sebagai contoh foto-foto yang ditampilkan diberbagai media massa cetak dan lagu
yang mengiringi berita bencana alam di tanah air kita seperti di Aceh dan
Yogyakarta beberapa waktu yang lalu menggugah perasaan berjuta pemirsanya tidak
hanya di Indonesia tetapi juga di Mancanegara. Para penikmat ini turut larut
dalam kesedihan yang diakibatkan musibah tersebut walaupun secara teknis
foto-foto dan musik tersebut ditampilkan dengan kualitas warna dan irama yang
indah.
5.
Klasifikasi Seni
Klasifikasi terrhadap seni sudah sejak lama orang mencoba untuk
melakukan pengklasifikasian terhadapnya,
termasuk filosof-filosof Yunani kuna seperti Plato dan Aristoteles.
Mereka itu tidak semata membagi seni secara verbal saja tetapi berusaha untuk
menerangkan alasan-alasannya secara metafisis, psikologis, sosial dan lain-lain
yang memisahkan dan menghubungkan cabang-cabang seni yang ada. Beberapa
diantaranya ada juga yang mempertimbangkan nilai-nilai relatif dari
cabang-cabang seni itu dan mengaturnya secara hirarkis. Pembagian secara
filosofis ini disebut ‘sistem’ dari cabang-cabang seni yang merupakan kebalikan
dari pembagian secara acak atau serta-merta yang membagi seni menjadi beberapa
bagian menurut medium ekspresinya, teknik pembuatannya maupun kegunaannya.
“Pohon seni” di bawah ini berusaha menunjukkan klasifikasi seni tersebut
menurut medium ekspresinya secara sederhana dan visual dalam bentuk
cabang-cabang pohon berikut akar-akarnya yang dalam metafora ini mewakili
motivasi yang mendorong kelahiran seni. Jagat seni memang kompleks dan penuh
liku sehingga penyederhanaan-penyederhanaan tertentu perlu dilaksanakan di
samping pembeberan landasannya yang filosofis. Berikut klasifikasi seni
berdasarkan pohon seni:
Pohon Seni
Fungsi ‘Pohon Seni’ di atas terutama menunjukkan cabang-cabang
seni yang ada berikut perkiraan volume dan urutan kelahirannya, namun sekaligus
akar-akarnya dimanfaatkan untuk menggambarkan motivasi apa saja yang mendorong
kelahiran seni. Motivasi kelahiran seni itu yaitu hasrat untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia secara praktis, hasrat komunikatif untuk bergaul dengan
sesamanya, hasrat untuk memenuhi kebutuhan spiritual, hasrat ekspresif untuk
menyalurkan emosinya keluar, dan hasrat untuk memenuhi kebutuhannya akan
keindahan.
Adapun cabang-cabangnya, sesungguhnya cabang seni rupa, seni tari,
dan seni musik itu adalah kurang lebih sama tua dan volumenya, tetapi karena
cabang seni rupa meninggalkan bekasnya maka tampak sebagai paling besar
volumenya dan paling tua juga usianya karena perekaman untuk musik dan tari
belum lama ada.
6.
Pembinaan Kreativitas melalui Pendidikan
Seni di Sekolah Dasar
Anak usia SD merupakan masa keemasan berekspresi
kreatif. Kadar kreativitas anak masih sangat tinggi. anak dapat melakukan
kegiatan berolah seni secara wajar dan spontan, karena daya nalar anak belum
sampai membatasi keleluasaan untuk berkarya secara murni dan lugu. Ungkapan
perasaan anak yang masih polos memungkinkan mereka untuk berekspresi secara
wajar dan penuh spontan sehingga proses tersebut memiliki kebermaknaan bagi
perkembangan mereka. Masa anak-anak merupakan awal berkembangnya kreativitas.
Kreativitas tampak di awal kehidupan anak dan tampil dalam bentuk permainan.
Seperti kita ketahui bahwa usia Sekolah Dasar adalah usia bermain, kehidupan
anak banyak dicurahkan untuk bermain. Bermain adalah mencoret, mencoreng,
berteriak, meloncat, bergerak dan lainnya. Kegiatan bermain yang disenangi anak
ini dapat diwujudkan dalam pendidikan seni baik itu seni rupa, tari maupun
music. Kegiatan-kegiatan inilah yang diarahkan kepada pengembangan kreativitas.
Dengan demikian, berekspresi seni secara kreatif pada
anak dimanfaatkan untuk membina dan mengembangkan kreativitas anak pada usia
dini. Pendidikan merupakan usaha dalam membantu anak mencapai kesuksesannya,
demikian pula dengan pendidikan seni. Karena itu, segala cabang dalam seni
dapat digunakan sebagai media dalam bidang pendidikan. Seni sebagai cara dan
seni sebagai sarana. Seni sebagai sarana/media pendidikan adalah konsep
pendidikan seni yang sesuai bagi anak-anak sekolah dasar. Sedangkan seni
sebagai tujuan yang utama seringkali diselenggarakan di sekolah-sekolah seni
atau disanggar. Oleh sebab itu, untuk pendidikan seni di sekolah dasar, guru
tidak mengajarkan bagaimana untuk menggambar, bagaimana untuk menari dan
bagimana untuk menyanyi saja, tetapi juga harus mengarah kepada pembinaan dan
pengembangan kreativitas untuk mengangkat bakat dan potensi yang dimiliki oleh
masing-masing siswa. Dalam pendidikan seni, anak dibebaskan untuk
mengekspresikan apa yang ada dalam jiwanya baik itu melalui gambar, kegiatan
menyanyi ataupun gerakan-gerakan tari. Bebas berekspresi membuat anak dapat
mengembangangkan apa yang ada dalam dirinya, kreativitas anak untuk menciptakan
sesuatu juga semakin berkembang.
Pada usia SD, anak mengalami masa keingintahuan dan
perkembangan kognitif, afektif maupun psikomotor yang cepat. Perkembangan anak
ini akan terhambat jika mereka “dibunuh” rasa keingintahuan dan kreativitas
mereka. Kreativitas anak pada masa ini sangat beragam sesuai dengan tingkat
kematangan dan perkembangan otak mereka. Oleh karena itu, untuk menunjang
perkembangan kreativitas anak agar tumbuh optimal, pendidikan seni memegang
peranan yang sangat penting yaitu sebagai sarana yang dapat memfasilitasi anak
dalam mengekspresikan pikiran dan jiwa mereka. Tentu dengan bimbingan dan
arahan dari guru, pendidikan seni sangat membantu dalam meningkatkan dan
mengoptimalisasikan perkembangan kreativitas anak.
C. PENUTUP
Konsep pendidikan seni di Sekolah Dasar diarahkan pada
pembentukan sikap, sehingga terjadi keseimbangan intelektual dan sensibilitas,
rasional dan irasional, akal pikiran dan kepekaan emosi. Karena pada masa usia
Sekolah Dasar, perkembangan mental dan fisik anak sedang dalam tahap maksimal
sehingga untuk mengoptimalkan kreativitasnya maka pendidikan seni merupakan
salah satu cara yang tepat untuk digunakan. Pada usia SD anak masih memiliki
kejujuran dan kepolosan dalam berekspresi dan mengembangkan kreativitasnya.
Oleh karena itu, pendidikan seni baik seni rupa, seni music, seni tari maupun
drama seharusnya dapat menjadi wadah atau sarana bagi anak untuk mengembangkan
dan menuangkan kreativitasnya. Kebutuhan akan kreativitas bagi anak tidak hanya
bagi kehidupan seninya saja tetapi juga dalam kehidupannya sehari-hari,
kreativitas memiliki peranan yang sangat penting.
Kreativitas bukan hanya kemampuan untuk menciptakan
tetapi lebih dari itu yaitu meliputi kemampuan membaca situasi, kemampuan
beradaptasi dengan lingkungan, kemampuan membuat analisis yang tepat, serta
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang lain dari pada yang lain.
Maka dari itu, melalui pendidikan seni, anak dapat melatih dan meningkatkan
kreativitasnya melalui kegiatan-kegiatan seni yang sesuai dengan tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan, tetapi kegiatan-kegiatan seni yang dilakukan
ini tetap menyenangkan bagi anak.
Daftar Pustaka
Herawati, Ida Siti. Iriaji. 1998. Pendidikan
Seni Rupa. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan
Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.
Jakarta: Rineka Cipta.
http://id.answers.yahoo.com
terima kasih, mantap artikelnya..
BalasHapuswww.kiostiket.com
Jelly Gamat Tradisional
BalasHapusObat Radang Pita Suara
Obat Luka Di Anus
Obat Benjolan Di Lidah
Obat Bisul Di Dalam Telinga
Obat Radang Paru Paru Anak
Obat Penghilang Luka Jahitan
Obat Infeksi Usus Anak