MAKALAH
PEMBELAJARAN
APRESIASI SASTRA ANAK KHUSUSNYA DONGENG PADA KELAS RENDAH DENGAN MEDIA WAYANG
Ditujukan
untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Pengajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia di Kelas Rendah
Dosen
Pengampu:
Drs.
Suwandi, M.Pd
Oleh:
Nama : Yuni Rahayu
NIM : 1401411031
Rombel : 3a
UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
JURUSAN PGSD
2012
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat taufik
dan hidayah nya pada kami, sehingga pada kesempatan kali ini penulis berhasil
menyelesaikan makalah mengenai Pembelajaran Apresiasi Sastra pada Anak
Khususnya Dongeng dengan Media Wayang.
Dengan
kecanggihan teknologi yang canggih membuat keberadaan wayang sebagai media
hiburan semakin pudar. Oleh karena itu kami menggunakan media wayang sebagai
upaya untuk menyampaikan materi.
Kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Jika dalam penulisannya
kami terdapat kata-kata yang kurang berkenan, kami mohon maaf sebesar-besarnya.
Tegal,
18 Agustus 2012
Hormat
kami,
Yuni
Rahayu
1401411031
BAB I
PEMBUKA
A.
LATAR BELAKANG
MASALAH
Di
era globalisasi ini arus kebudayaan global begitu mudahnya masuk kedalam suatu
negara tak terkecuali negara Indonesia. Kebudayaan-kebudayan global yang masuk
ke Indonesia sedikit banyak telah memepengaruhi kebudayaan lokal Indonesia
sendiri. Gaya hidup masyarakat Indonesia yang dulunya sarat dengan nilai-nilai
kesederhanaan kita telah bergeser dengan pola hidup yang glamour dan konsumtif.
Kebudayaan-kebudayaan lokal miliki Indonesia sendiri yang merupakan warisan
para leluhur yang begitu sarat akan nilai-nilai luhur mulai pudar akibat
pengaruh dari kebudayaan global yang modern dan praktis. Disadari atau tidak,
pudarnya pesona kebudayaan lokal berakibat pada kehidupan sosial masyarakat
Indonesia. Sekarang ini masyarakat Indonesia cenderung lebih individualis,
lebih tertarik pada produk-produk luar negeri dibandingkan produk dalam negeri
sendiri, hingga kebiasaan berpakaian maupun selera makan yang cenderung
menyukai produk-produk yang praktis dan cepat saji.
Berbagai
produk elektronik seperti memanjakan pemiliknya sehingga semua serba instant
dan praktis tanpa perlu bersusah payah. Berbagai media hiburan modern seperti
televisi, radio, komputer, dan lain sebaginya lebih menarik perhatian daripada
hiburan tradisional. Permainan tradisional yang dulunya dimainkan oleh
anak-anak hampir sekarang jarang ditemui karena anak lebih menyukai permainan
modern seperti game on line, ataupun melihat televisi yang begitu menarik
perhatian anak dengan acara-acara yang ditayangkan setiap harinya.
Berbagai
tayangan televisi yang ditayangkan setiap harinya, selain mempengaruhi
kepribadian anak menjadi lebih tertutup karena kurangnya interaksi dengan
lingkungan sosial juga berpengaruh terhadap pola belajar anak.
Tayangan-tayangan televisi yang diputar saat waktu belajar bagi anak akan
membuat anak enggan untuk beralih dari depan televisi ke buku pelajaran. Tentu
saja hal ini akan berakibat pada perkembangan potensi anak yang kurang maksimal
sehingga prestasi belajar anak pun kurang memuaskan.
Melihat
kenyataan ini, maka kami penulis berinisiatif untuk membuat terobosan baru
dalam belajar agar si anak tidak cepat merasa bosan, lebih mudah memahami
materi, dan tentu saja tidak meninggalkan ciri khas budaya Indonesia.
Pembelajaran
Apresiasi Sastra Anak Khususnya Dongeng Pada Kelas Rendah dengan Media Wayang.
Judul ini sengaja kami pilih untuk menyusun makalah ini, karena kami merasa
prihatin terhadap perkembangan sastra khususnya sastra anak yang kurang
diminati oleh anak-anak, terutama dongeng atau cerita rakyat, padahal kita
semua tahu bahwa di dalam dongeng-dongeng atau cerita rakyat tersebut banyak
terkandung nilai-nilai moral yang bernilai luhur. Namun pada kenyataannya, anak-anak
sekarang ini lebih memilih menyukai cerita-cerita yang berbau aksi, seperti
Naruto ataupun Dargon Ball yang lebih banyak menceritakan pertarungan, dan
hal-hal yang sedianya kurang pantas untuk dikonsumsi oleh anak-anak. Penggunaan
media wayang sengaja kami pilih sebagai bentuk kepeduliaan kami terhadap
kelestarian budaya bangsa yang mulai ditinggalkan masyarakat.
B.
RUMUSAN MASALAH
Untuk membantu
penyusunan makalah ini, kami mencari masalah dan topik yang ada di lapangan,
yang kemudian kami rumuskan menjadi beberapa pertanyaan seperti berikut:
1.
Apakah yang dimaksud dengan sastra anak?
2.
Bagimanakh ciri-ciri karya sastra anak?
3.
Apakah yang dimaksud dengan dongeng?
4.
Mengapa anak lebih menyukai permainan
modern daripada permainan tradisional?
5.
Apa dampak yang ditimbulkan dari
permainan-permainan modern terhadapa perkembangan pola belajar dan prestasi
anak anak?
6.
Bagaimana penggunaan media wayang
terhadap pembelajaran anak?
7.
Apa kelebihan dan kekurangan penggunaan
media wayang sebagai media pembelajaran?
C.
METODE
Untuk
membantu proses penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode seperti
berikut.
1. Metode
library search, yaitu pencarian data-data yang diperlukan dari buku-buku,
modul, maupun hasil pencarian di situs-situs internet.
2. Metode
wawancara, yaitu pencarian data dengan melakukan wawancara secara langsung
terhadap beberapa orang guru di SD Negeri 02 Sidokare, dan beberapa murid yang
kami ambil secara acak.
D.
TUJUAN
Tujuan
dari penulisan makalah dengan judul Pembelajaran Apreisasi Sastra Anak
khususnya Dongeng pada Kelas dengan Media Wayang, selain untuk memenuhi tugas
individu makalah mata kuliah Ketrampilan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas
Rendah,karena terdorong rasa prihatin
kami yang mendalam terhadap minat anak terhadap Sastra Anak yang cenderung
menurun sehingga kami berinisiatif untuk membuat suatu upaya nyata meningkatkan
rasa ketertarikan anak terhadap karya sastra khususnya anak dan juga sebagai
bentuk kepeduliaan kami terhadap kelestarian budaya bangsa.
E.
MANFAAT
Manfaat
yang dapat kami peroleh dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Dapat
menciptakan suasana belajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan.
2. Menumbuhkan
rasa tertarik anak terhadap budaya lokal.
3. Melestarikan
budaya bangsa yang mulai tergeser oleh nilai-nilai global.
4.
Meningkatkan
apresiasi anak terhadap karya sastra, khususnya sastra anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat
Sastra Anak
Sastra mengandung
eksplorasi mengenai kebenaran kemanusiaan. Sastra juga menawarkan berbagai
bentuk kisah yang merangsang pembaca untuk berbuat sesuatu. Apalagi pembacanya
adalah anak-anak yang fantasinya baru berkembang dan menerima segala macam
cerita terlepas dari cerita itu masuk akal atau tidak. Sebagai karya sastra
tentulah berusaha menyampaikan nilai-nilai kemanusiaan, mempertahankan, serta
menyebarluaskannya termasuk kepada anak-anak.
Sesuai dengan sasaran
pembacanya, sastra anak dituntut untuk dikemas dalam bentuk yang berbeda dari
sastra orang dewasa hingga dapat diterima anak dan dipahami mereka dengan baik.
Sastra anak merupakan pembayangan atau pelukisan kehidupan anak yang imajinatif
ke dalam bentuk struktur bahasa anak. Sastra anak merupakan sastra yang
ditujukan untuk anak, bukan sastra tentang anak. Sastra tentang anak bisa saja
isinya tidak sesuai untuk anak-anak, tetapi sastra untuk anak sudah tentu
sengaja dan disesuaikan untuk anak-anak selaku pembacanya. (Puryanto, 2008: 2)
Sastra anak adalah
karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi
tentang dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 6-13
tahun. Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga berfungsi
sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta
menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat
tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan
kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi anak. Fungsi
hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak merasa bahagia atau senang
membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan atau
dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga
menuntun kecerdasan emosinya. (Wahidin, 2009)
Sifat sastra anak
adalah imajinasi semata, bukan berdasarkan pada fakta. Unsur imajinasi ini
sangat menonjol dalam sastra anak. Hakikat sastra anak harus sesuai dengan
dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan bukan milik orang
dewasa. Sastra anak bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan
tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan. (Wahidin,
2009)
Jenis sastra anak
meliputi prosa, puisi, dan drama. Jenis prosa dan puisi dalam sastra anak
sangat menonjol. Berdasarkan kehadiran tokoh utamanya, sastra anak dapat
dibedakan atas tiga hal, yaitu: (1) sastra anak yang mengetengahkan tokoh utama
benda mati, (2) sastra anak yang mengetengahkan tokoh utamanya makhluk hidup
selain manusia, dan (3) sastra anak yang menghadirkan tokoh utama yang berasal
dari manusia itu sendiri. (Wahidin, 2008)
Ditinjau dari sasaran
pembacanya, sastra anak dapat dibedakan antara sastra anak untuk sasaran
pembaca kelas awal, menengah, dan kelas akhir atau kelas tinggi. Sastra anak
secara umum meliputi (1) buku bergambar, (2) cerita rakyat, baik berupa cerita
binatang, dongeng, legenda, maupun mite, (3) fiksi sejarah, (4) fiksi
realistik, (5) fiksi ilmiah, (6) cerita fantasi, dan (7) biografi. Selain
berupa cerita, sastra anak juga berupa puisi yang lebih banyak menggambarkan
keindahan paduan bunyi kebahasaan, pilihan kata dan ungkapan, sementara isinya
berupa ungkapan perasaan, gagasan, penggambaran obyek ataupun peristiwa yang
sesuai dengan tingkat perkembangan anak. (Saryono dalam Puryanto, 2008: 3)
B. Ciri
Sastra Anak
Menurut Puryanto (2008:
7) secara garis besar, ciri dan syarat karya sastra anak adalah sebagai
berikut:
1.
Cerita anak mengandung tema yang mendidik, alurnya
lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan setting yang ada di sekitar atau
ada di dunia anak, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya
bahasanya mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang
orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak.
2.
Puisi anak mengandung tema yang menyentuh, ritme yang
meriangkan anak, tidak terlalu panjang, ada rima dan bunyi yang serasi dan
indah, serta isinya bisa menambah wawasan pikiran anak.
C. HAKIKAT DONGENG
Dongeng adalah cerita sederhana yang tidak
benar-benar terjadi, misalnya kejadian-kejadian aneh di jaman dahulu. Dongeng
berfungsi menyampaikan ajaran moral dan juga menghibur.Dongeng termasuk cerita
tradisional. Cerita tradisional adalah cerita yangdisampaikan secara turun
temurun. Suatu cerita tradisional dapat disebarkan secara luas ke berbagai
tempat. Kemudian, cerita itu disesuaikan dengan kondisi daerah setempat.
Contoh dongeng:
1.
Anjing dan Bayangannya
Anjing dan Bayangannya
Seekor anjing yang mendapatkan sebuah tulang
dari seseorang, berlari-lari pulang ke rumahnya secepat mungkin dengan senang
hati. Ketika dia melewati sebuah jembatan yang sangat kecil, dia menunduk ke
bawah dan melihat bayangan dirinya terpantul dari air di bawah jembatan itu.
Anjing yang serakah ini mengira dirinya melihat seekor anjing lain membawa
sebuah tulang yang lebih besar dari miliknya.
Bila saja dia berhenti untuk berpikir, dia
akan tahu bahwa itu hanyalah bayangannya. Tetapi anjing itu tidak berpikir
apa-apa dan malah menjatuhkan tulang yang dibawanya dan langsung melompat ke
dalam sungai. Anjing serakah tersebut akhirnya dengan susah payah berenang menuju
ke tepi sungai. Saat dia selamat tiba di tepi sungai, dia hanya bisa berdiri
termenung dan sedih karena tulang yang di bawanya malah hilang, dia kemudian
menyesali apa yang terjadi dan menyadari betapa bodohnya dirinya.
Nilai
moral : Sangatlah bodoh
memiliki sifat yang serakah
2.
Bawang Merah dan Bawang Putih
Bawang Merah dan Bawang Putih
Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah
keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang gadis remaja yang cantik
bernama bawang putih. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Meski ayah bawang
putih hanya pedagang biasa, namun mereka hidup rukun dan damai. Namun suatu
hari ibu bawang putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang putih
sangat berduka demikian pula ayahnya.
Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah.
Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering berkunjung ke
rumah Bawang putih. Dia sering membawakan makanan, membantu bawang putih
membereskan rumah atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya mengobrol.
Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia menikah
saja dengan ibu Bawang merah, supaya Bawang putih tidak kesepian lagi.
Dengan pertimbangan dari bawang putih, maka ayah Bawang putih menikah dengan
ibu bawang merah. Awalnya ibu bawang merah dan bawang merah sangat baik kepada
bawang putih. Namun lama kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan. Mereka
kerap memarahi bawang putih dan memberinya pekerjaan berat jika ayah Bawang
Putih sedang pergi berdagang. Bawang putih harus mengerjakan semua pekerjaan
rumah, sementara Bawang merah dan ibunya hanya duduk-duduk saja. Tentu saja
ayah Bawang putih tidak mengetahuinya, karena Bawang putih tidak pernah
menceritakannya.
Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Sejak
saat itu Bawang merah dan ibunya semakin berkuasa dan semena-mena terhadap
Bawang putih. Bawang putih hampir tidak pernah beristirahat. Dia sudah harus
bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan air mandi dan sarapan bagi Bawang
merah dan ibunya. Kemudian dia harus memberi makan ternak, menyirami kebun dan
mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus menyetrika, membereskan rumah, dan
masih banyak pekerjaan lainnya. Namun Bawang putih selalu melakukan
pekerjaannya dengan gembira, karena dia berharap suatu saat ibu tirinya akan
mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.
Pagi ini seperti biasa Bawang putih membawa bakul berisi pakaian yang akan
dicucinya di sungai. Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak di
pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu cuaca sangat cerah. Bawang
putih segera mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu
asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwasalah satu baju telah hanyut
terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya.
Ketika menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah hanyut terlalu jauh. Bawang
putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil
menemukannya. Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakannya kepada
ibunya.
“Dasar ceroboh!” bentak ibu tirinya. “Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus
mencari baju itu! Dan jangan berani pulang ke rumah kalau kau belum
menemukannya. Mengerti?”
Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibun tirinya. Dia segera menyusuri
sungai tempatnya mencuci tadi. Mataharisudah mulai meninggi, namun Bawang putih
belum juga menemukan baju ibunya. Dia memasang matanya, dengan teliti
diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok ke sungai, siapa tahu baju
ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan matahari sudah condong ke
barat, Bawang putih melihat seorang penggembala yang sedang memandikan
kerbaunya. Maka Bawang putih bertanya: “Wahai paman yang baik, apakah paman
melihat baju merah yang hanyut lewat sini? Karena saya harus menemukan dan
membawanya pulang.” “Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu mengejarnya
cepat-cepat, mungkin kau bisa mengejarnya,” kata paman itu.
“Baiklah paman, terima kasih!” kata Bawang putih dan segera berlari kembali
menyusuri. Hari sudah mulai gelap, Bawang putih sudah mulai putus asa. Sebentar
lagi malam akan tiba, dan Bawang putih. Dari kejauhan tampak cahaya lampu yang
berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai. Bawang putih segera menghampiri rumah
itu dan mengetuknya.
“Permisi…!” kata Bawang putih. Seorang perempuan tua membuka pintu.
“Siapa kamu nak?” tanya nenek itu.
“Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hanyut. Dan
sekarang kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini?” tanya Bawang
putih.
“Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah?” tanya nenek.
“Ya nek. Apa…nenek menemukannya?” tanya Bawang putih.
“Ya. Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai
baju itu,” kata nenek. “Baiklah aku akan mengembalikannya, tapi kau harus
menemaniku dulu disini selama seminggu. Sudah lama aku tidak mengobrol dengan
siapapun, bagaimana?” pinta nenek.Bawang putih berpikir sejenak. Nenek itu
kelihatan kesepian. Bawang putih pun merasa iba. “Baiklah nek, saya akan
menemani nenek selama seminggu, asal nenek tidak bosan saja denganku,” kata
Bawang putih dengan tersenyum.
Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari Bawang
putih membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek itu merasa
senang. Hingga akhirnya genap sudah seminggu, nenek pun memanggil bawang putih.
“Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak yang
rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu
pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai
hadiah!” kata nenek.
Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya.
Akhirnya Bawang putih memilih labu yang paling kecil. “Saya takut tidak kuat
membawa yang besar,” katanya. Nenek pun tersenyum dan mengantarkan Bawang putih
hingga depan rumah.
Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju merah milik ibu tirinya
sementara dia pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah
terkejutnya bawang putih ketika labu itu terbelah, didalamnya ternyata berisi
emas permata yang sangat banyak. Dia berteriak saking gembiranya dan
memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang merah yang dengan
serakah langsun merebut emas dan permata tersebut. Mereka memaksa bawang putih
untuk menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan hadiah tersebut. Bawang putih
pun menceritakan dengan sejujurnya.
Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk
melakukan hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya.
Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di rumah nenek tua di pinggir sungai
tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta untuk menemaninya
selama seminggu. Tidak seperti bawang putih yang rajin, selama seminggu itu
bawang merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang dikerjakan maka hasilnya
tidak pernah bagus karena selalu dikerjakan dengan asal-asalan. Akhirnya
setelah seminggu nenek itu membolehkan bawang merah untuk pergi. “Bukankah
seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena menemanimu selama
seminggu?” tanya bawang merah. Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah memilih
salah satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat bawang merah mengambil
labu yang besar dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi.
Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan gembira
memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut bawang putih akan meminta
bagian, mereka menyuruh bawang putih untuk pergi ke sungai. Lalu dengan tidak
sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata bukan emas permata yang
keluar dari labu tersebut, melainkan binatang-binatang berbisa seperti ular,
kalajengking, dan lain-lain. Binatang-binatang itu langsung menyerang bawang
merah dan ibunya hingga tewas. Itulah balasan bagi orang yang serakah.
D. ALASAN ANAK LEBIH MENYUKAI PERMAINAN
MODERN DIBANDING PERMAINAN TRADISIONAL
Dengan kemajuan teknologi semakin canggih membuat manusia menciptakan
berbagai macam aplikasi-aplikasi yang dapat digunakan sebagai media hiburan
untuk mengisi waktu luang. Maka terciptalah berbagai macam peralatan canggih
yang memiliki fitur-fitur layanan menarik, seperti televisi dengan
tayangan-tayangannya yang menghibur, hand phone, bahkan komputer ataupun laptop
yang dilengkapi dengan berbagai macam layanan game baik on line maupun bukan on
line. Dengan permainan-permainan yang semacam ini, membuat perhatian anak
beralih dari permainan tradisional ke permainan-permainan on line. Boleh
dikatakan , pada era sekarang ini, permainan-permainan tradisional yang dulu
sering dilakukan oleh oleh anak-anak mulai ditinggalkan hal ini karena
permainan game on line maupun berbagai macam permainan anak lebih menarik dan
lebih simple dibandingkan dengan permainan tradisional yang notabene memerlukan
banyak orang untuk memainkannya dan juga membutuhkan orang yang banyak.
Kelebihan lain dari game on line adalah tidak perlu tempat yang luas maupun
orang banyak, dan si anak bisa memainkannya tanpa perlu beranjak dari tempat
duduknya. Itulah mengapa, banyak anak-anak yang menyukai game ini. Dengan
bentuk yang menarik, penuh warna, mudah dan praktis dimainkan, permainan on
line berhasil menggusur permainan tradisional.
Dampak yang ditimbulkan dari penggunaan game on line yang berlebihan
terhadap pola perkembangan anak yaitu anak menjadi malas untuk belajar karena
terlalu asyik dengan permainan game on line, selain merusak kesehatan karena
game on line memaksa anak untuk terus duduk di depan layar monitor, si anak
juga enggan untuk bersosialisasi dengan orang lain. Kesehariaanya dihabiskan
hanya untuk bermain game, bahkan untuk makan dan istirahat pun si anak merasa
enggan.Tentu saja hal ini tidak baik bagi anak, karena pada masa ini anak-anak
memerlukan waktu istirahat dan nutrisi yang cukup bagi perkembangannya. Seain
itu, anak-anak juga membutuhkan waktu untuk bermain dan bergerak bebas karena
tubuh anak-anak sedang proses pertumbuhan. Dan juga, anak-anak harus bisa
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Dan yang terpenting tentu saja,
anak-anak harus belajar sehingga kemampuan otaknya bisa berkembang secara
optimal.Denagn pola permainan on line tentu aja akan berdampak pada pola hidup
anak-anak yang tidak teratur sehingga prestasi pun tidak berkembang secara
maksimal.
E. PENGGUNAAN
WAYANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA ANAK KHUSUSNYA
MENDONGENG
Telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, bahwa sastra anak terdiri dari
cerita rakyat rakyat atau dongeng dan puisi. Dalam makalah ini, penulis
mengkhususkan pada aspek cerita rakyat atau dongeng. Dongeng merupakan suatu
cerita yang mengandung nilai-nilai moral, ceritanya sederhana, terkadang
hanyalah fiktif semata, dan tidak dijumpai nama pengarangnya.
Sebelum perkembangan teknolgi belum seperti sekarang, dimana disetiap rumah
belum tersedia penerangan maupun listrik apalagi radio, televisi dan
sebagainya, setiap malam orang tua selalu menceritakan dongeng atau cerita
rakyat sebagai pengantar tidur anak. Hal ini menjadi suatu kebiasaan yang baik
untuk melatih daya pikir anak dengan mendengarkan cerita yang disampaikan,
melatih daya ingat, dan tentu saja melatih konsentrasi anak. Dengan begitu,
meskipun zaman dahulu belum ada alat tulis untuk mencatat mata pelajaran,
anak-anak tetap mampu mengukir prestasi hal ini karena ingatan mereka begitu
kuat untuk menghafal pelajaran hanya dengan jalan mendengarkan.
Namun, seiring berkembangnya teknologi, semakn banyaknya media hiburan bagi
anak-anak, tradisi mendongeng mulai ditinggalkan, bahkan sastra anak semakin
memudar keberadaannya. Bahkan sekarang, banyak anak yang tidak mengenal sama
sekali cerita rakyat ataupun dongeng yang dulunya sangat terkenal dikalangan
masyarakat. Untuk itulah diadakan materi sastra anak yang disisipkan pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia sebagai upaya pelestarian kebudayaan Indonesia.
Namun demikian, upaya yang dilakukan kurang diminati oleh siswa karena siswanya
sendori cenderung lebih tertarik pada cerita-cerita dari sinetron maupun fiktif
luar negeri. Untuk itulah, sebagai upaya untuk menarik minat siswa anak untuk
mengapresiasi karya sastra anak khususnya dongeng, kita menggunakan media
wayang.
Wayang yang kita gunakan sebagai media pembelajaran, bukanlah wayang yang
terbuat dari kulit sapi atau kambing, melainkan wayang yang terbuat dari kardus
yang dilapisi dengan kertas karton atau manila yang di beri warna sesuai
keinginan. Bentuknya pun terserah dengan keinginan kita menyesuaikan dengan
karakter tokoh-tokoh yang terdapat dalam dongeng. Penggunaanya mirip dengan
penggunaan media boneka, hanya saja untuk lebih praktis kita gunakan media
wayang.
Selain itu, ada upaya untuk melestarikan kebudayaan wayang, meskipun wayang
yang digunakan bukanlah wayang kulit, melainkan wayang kertas, tapi setidaknya
itu menjadi cara untuk memperkenalkan wayang secara dini kepada anak. Dengan
pengenalan wayang kertas, diharapkan anak-anak sebagai generasi muda pewaris
kebudayaan bangsa tidak merasa asing dengan keberadaan wayang.
Pada penggunaan media wayang ini, guru berperan sebagai dalang seperti di
dalam pertunjukan wayang kulit. Vokal guru harus jelas, intonasi harus tepat,
dan bisa mengeluarkan bunyi-bunyi si tokoh di dalam dongeng dengan baik,
misalnya untuk menggambarkan tokoh kucing, guru harus bisa mengeluarkan suara
mengeong layaknya kucing, ataupun mencicit layaknya ayam. Ketrampilan guru
dalam menggerakan wayang ini juga mempengaruhi pertunjukan wayang kertas ini.
Guru harus bisa menggerakan wayang secara atraktif dengan tetap mengucapkan
kata-kata si tokoh seperti yang terdapat didalam dongeng. Selain itu, guru juga
dapat berinteraksi dengan anak-anak dalam penyampain dongeng sehingga anak
merasa ikut serta dalam penyelesaian cerita. Penampilan wayang kertas ini juga
dapat dibantu dengan efek-efek suara dari cd ataupun media yang lain sehingga
setting tempat dan ceritanya benar-benar bisa dirasakan oleh anak. Kemudian
diakhir cerita, si guru bisa menjelaskan nilai moral yang terkandung di dalam
cerita sehingga anak-anak bisa mengambil hala-hal yang positif dari dongeng
tersebut.
F. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MEDIA WAYANG
Sebagai media pembelajaran, tentu saja wayang tetap memiliki kekurangan
dibalik kelebihan yang dimiliki.
a.
Kelebihan dari wayang sendiri yaitu:
1.
Media yang mudah dibuat, murah dan
praktis.
2.
Bentuknya unik dan menarik.
3.
Mudah penggunaanya.
4.
Bisa menyesuaikan bentuk tokoh-tokoh
sesuai didalam dongeng.
5.
Mengasah kreativitas guru.
b. Sedangkan kelemahan-kelemahan
yang dimiliki oleh wayang yaitu:
1.
Bagi guru yang tak bisa bersuara keras,
hal ini akan menghambat penyampain pesan yang ingin disampaikan.
2.
Menuntut guru untuk lebih kreatif dalam
menciptakan bentuk-bentuk wayang, sehingga bagi guru yang tidak mau mencurahkan
kraetivitasnya, hal ini tentu aja akanmenjadi sulit.
3.
Menuntut guru untuk bisa totalitas dalam
menyampaikan dongeng.
4.
Guru harus bisa mengendalikan siswa yang
ribut disamping menyelesaikan tugasnya dalam mendongeng, hal ini memerlukan
keahlian khusus dan pribadi guru yang sabar.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasrkan pemaparan di
lembar pembahasan, maka diperoleh beberapa point-point penting sebagai berikut:
1. Karya sastra anak adalah karya
sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang
dunia yang akrab dengan anak-anak.
2. Jenis
karya sastra yaitu dongeng atau cerita rakyat dan puisi.
3. Dongeng adalah cerita sederhana yang tidak benar-benar
terjadi, misalnya kejadian-kejadian aneh di jaman dahulu.
4. Anak-anak lebih menyukai
permainan on line karena lenih mudah digunakan.
5. Wayang sebagai media
pembelajaran yang murah, mudah dibuat, sebagai upaya untuk melestarikan budaya
bangsa juga untuk menarik minat anak.
6. Wayang kertas selain
memilki kelebihan juga memilki kekurangan.
B.
SARAN
Saran dapat penulis sampaikan kepada para pembaca
dan para guru adalah guru sebaiknya lebih aktif, kreatif, dan inovatif dalam
menyampaikan materi pembelajaran sehingga materi pembelajaran bisa dicerna
dengan baik oleh anak.
Daftar Pustaka
Tarigan, Henry Guntur. 1995. Dasar-dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa.
Witakania. 2008. Aspek
Psikopedagogik dalam Sastra Anak.
Puryanto, Edi. 2008. Konsumsi
Anak dalam Teks Sastra di Sekolah. Makalah dalam
Konferensi
Internasional Kesusastraan XIX HISKI.