Jumat, 05 April 2013

Masa Depanku karena Bidikmsiku

Aku terlahir dari keluarga petani sederhana dengan 6 orang anak. Dengan profesi bapak ibu yang hanya seorang petani kecil sungguh suatu hal yang mustahil bagiku untuk bisa meneruskan pendidikan ku ke perguruan tinggi. Untuk makan saja susah, apalagi harus membayar uang kuliah yang tidak sedikit jumlahnya. Belum lagi uang untuk membiayai hidupku sebagai anak perantauan. Tentu saja, aku tak ingin memberatkan beban bapak dan ibu. Sudah cukup semua beban bapak dan ibu selama ini, kini saatnya aku harus membalas budi baik mereka selama ini. Begitulah pikirku saat aku menginjak tahun akhir di Sekolah Menengah Atas. Aku dilahirkan sebagai anak ke-4 dari 6 bersaudara. Kakakku yang no 1 dan 2 teah menikah, dan kini tinggal bersama suami-suami mereka. Sementara kakak ke-3 ku bekerja sebagai buruh harian lepas di TPA Kaliori dan masih menjadi tanggungan bapak dan ibu. Kedua adikku masih bersekolah, yang pertama menginjak tahun akhir di SMP, dan si bungsu masih di kelas 1 SD. Sungguh berat beban yang ditanggung oleh bapak dan ibu, sehingga aku berkeinginan untuk segera bekerja demi membantu ekonomi keluarga.
Namun demikian, tekadku untuk bisa membantu mencerdaskan anak bangsa begitu menggebu-gebu. Aku pun memiliki keinginan untuk bisa meningkatkan derajat keluargaku. Ya, keluarga kami bukanlah keluarga terpandang. Justru keluarga kami seringkali menjadi bahan gunjingan para tetangga. Tidak lain dan tidak bukan karena melihat kami ini miskin dan punya anak banyak. To be continue...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar